Aku bertemu dia
ketika masih duduk di sekolah dasar, waktu itu tak ada yang aneh darinya, hanya
saja keluargaku terutama bibiku sering bercerita tentang dia.
SMP.. aku mulai
mengenalnya, tahu tentang dia. Tapi kami belum kenal belum terlalu dalam. Ya..
hanya saling melempar senyum ketika berpapasan.
SMA.. akhirnya kami
duduk dikelas yang sama. Tak ada perasaan apapun. Aku dan dia tidak terlalu
akrab seperti dia dan teman sebangkuku. Waktu terus bergulir, ketika aku dan
dia mulai menjadi sahabat. Mulai berada pada satu komunitas yang biasa disebut
anak muda jaman sekarang ‘Gank’. Kami semakin dekat, apalagi rumah kami berada
pada satu daerah yang sama. Cuma beda satu gang. Semakin lama aku mengenal dan
dekat dengannya, semakin aku mengaguminya. Dia seperti hujan yang mengalir
membasahi tanah yang gersang. Senyuman dan sikapnya membuat semua orang yang
berada didekatnya seolah mendapatkan suntikan kebahagiaan. Srmakin hari, aaku
semakin mengaguminya, bertambah dan terus bertambah. Aku bingung dengan
perasaan ini. Dan pada akhirnya aku tahu dia sudah menjalin asmara dengan
wanita lain. Tapi aku masih menunggunya. Mendengarkan segala cerita bahagia
bahkan kesedihannya karena wanita itu. Waktu berlalu dengan cepatnya,
hubungannya dengan wanita itu tak bertahan lama, ia menangis, menyesal, bahkan
seperti frustasi menghadapi keputusan mendadak dari wanita kesayangannya itu.
Aku masih di sampingnya. Mendengarkan semua keluh kesahnya. Setiap dia
bercerita denganku, rasanya aku ingin bilang ‘pundakku ini selalu setia dan
bersedia untuk kau sandari’. Tapi sayang, itu hanya gejolak hati yang tak bisa
aku ungkapkan dengan kata-kata.
Berada di perguruan
tinggi yang sama, menguntungkanku untuk lebih dekat dengannya. Kami semakin
dekat, dan pada akhirnya aku jatuh dalam dekapannya. Betapa senangnya aku saat
itu. Dia yang selama ini aku cintai, aku kagumi, dan aku sayangi akhirnya
menjadi milikku. Tapi sayang, cerita indah itu tak bertahan lama karena ego
kami yang tak terkendali. Bisa dibayangkan, bagaimana kesedihanku. Bahkan
sampai sekarang jika mengingat kenangan bersamanya aku selalu menangis. Tidak.
Sekarang aku tak menangis lagi, air mataku bahkan sudah kering dan tandus. Itu
cerita 2 tahun yang lalu. Tapi aku masih saja mengingat kenangan itu sampai
sekarang. Bagaimana dengan dia?? Dia sudah memiliki seseorang yang ‘mungkin’
selalu membuatnya bahagia. Tidak usah Tanya bagaimana perasaanku. Satu hal yang
aku yakini dari dulu. Aku yakin untuk menunggunya. Menunggunya yang mungkin
tidak mempedulikan aku. Menunggunya yang mungkin tidak tidak tahu tentang
perasaanku. Bagi orang yang melihat keterpurukanku mungkin mereka akan bilang
aku ini bodoh. Ya sebut saja aku bodoh atau apalah. Tapi aku lebih tahu apa
yang menjadi keinginanku. Satu pesanku : Aku disini selalu mendo’akan yang
terbaik untukmu. Bila kelak ia menyakitimu, datang padaku karena aku akan
selalu ada untukmu J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar